Loading
Post Detail
By Nanda Sari Ningrum
0
0
Buat para orang tua yang sedang lelah membersamai anaknya, aku peluk kamu erat dulu ya 🫂
Capek, bersalah, kadang terganggu sama “orang lain yang sok pahlawan”. Itu semua valid. Kamu lagi ada di fase lelah lahir batin, wajar banget kalau jadi makin sensitif, apalagi karena kamu 24 jam bareng anak tanpa jeda.
Aku coba bantu kamu melihatnya dari dua sisi: hatimu sendiri dan kaca mata Islam.
1. Capek itu manusiawi, bukan aib
Rasulullah ﷺ sendiri pernah bilang ke sahabat:
“Sesungguhnya tubuhmu punya hak atasmu, matamu punya hak atasmu, dan keluargamu punya hak atasmu.” (HR. Bukhari no. 1874)
Artinya: Allah tahu kita ga bisa 24 jam “sempurna”. Rasa capekmu adalah tanda tubuh & jiwamu butuh haknya: istirahat, ruang, dan belas kasih.
2. Rasa bersalah = tanda cinta
Kamu merasa berat memulai lagi karena beban bersalah itu menggerus energi. Tapi ingat: rasa bersalah itu sendiri adalah bukti cintamu pada anak. Kalau ga sayang, kamu ga akan peduli.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Allah lebih sayang kepada hamba-Nya daripada seorang ibu kepada anaknya.” (HR. Bukhari no. 5999)
Allah tahu beratnya rasa sayang seorang ibu, termasuk saat jatuh dan bangkit berkali-kali.
3. Tentang orang luar yang terlihat ‘sok pahlawan’
Aku ngerti banget sakitnya lihat orang lain cuma muncul sebentar, kelihatan manis, lalu seolah lebih dihargai anak.
Tenang, attachment utama anak tetap sama ibu yang hadir 24 jam. Psikologi perkembangan jelas bilang: yang membentuk ikatan utama adalah kehadiran konsistem, bukan momen manis sesekali. Jadi, meski anak kadang nempel ke orang lain, hatinya tetap balik ke kamu.
Allah juga berjanji:
“Dan janganlah engkau merasa lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, padahal kamulah yang paling tinggi (derajatnya) jika kamu orang beriman.” (QS. Ali Imran: 139)
Jadi, ga perlu takut tersingkir. Kamu yang menanam benih, orang lain cuma numpang panen senyum.
4. Langkah praktis buatmu sekarang
Pertama, ambil jeda kecil hari ini. Walau 5–10 menit, coba ambil waktu tanpa anak. Tarik napas, duduk, dengar dzikir/tilawah. Jangan tunggu tenaga penuh baru mulai lagi. Justru jeda kecil bisa jadi “recharge”.
Kedua, pisahkan rasa capek dari nilai dirimu. Kalimat self-talk: “Aku bukan ibu yang buruk. Aku cuma ibu yang lelah. Capekku tidak menghapus cintaku.”
Ketiga, dekati anak setelah marah. Ga perlu panjang, cukup peluk dan bilang: “Maaf ya Nak, Mama capek. Tapi Mama sayang banget sama kamu.”
Itu sudah lebih dari cukup untuk mengembalikan rasa aman anak.
Keempat, hadapi orang luar secukupnya. Ga usah sibuk membuktikan. Senyum, jaga adab, tapi hati kamu tahu: yang tahu medan sebenarnya adalah kamu, bukan mereka.
Doa ringan saat merasa kalah & lelah:
اَللّٰهُمَّ قَوِّنِي وَلا تُضْعِفْنِي، وَارْزُقْنِي صَبْرًا جَمِيْلًا
“Ya Allah, kuatkan aku, jangan lemahkan aku, dan anugerahkan aku kesabaran yang indah.”
Kamu ga harus jadi sempurna, cukup jadi ibu yang mau kembali lagi.
Dan anakmu akan selalu melihatmu sebagai pusat dunianya, meski sesekali ia tersenyum pada orang lain.

Nanda Sari Ningrum
Co Founder at TitikTemuKita
Published on 24 September 2025
Belum ada komentar.