Post Detail
By Nanda Sari Ningrum
0
0
Rasanya seperti tak adil. Seorang anak yang lahir dan tumbuh dalam lingkungan keluarga dengan minim atau bahkan tanpa perhatian, penuh tekanan, tidak mendapat role yang baik, juga ditanami ideologi yang tak lurus. Lalu menjadi besar dan berubah status menjadi Orang Tua dan harus menjalankan peran pengasuhan.
Ia harus bersabar menjaga hati sang anak supaya tidak terciderai. Ia harus menjadi role terbaik anak untuk mempesonakan pada agama Allah. Ia harus menjadi fasilitator dan merajakan anak (terlebih di usia 0-7th). Dan sebagainya.
Ini menjadi sulit karena keterikatan terhadap background dan pengalaman di masa lalu. Seperti contohnya sesederhana ngajakin anak ngobrol, rasanya suliit. Karena bingung apa yang mau diobrolkan? Karena sewaktu kecil tidak pernah mendapatkan pengalaman demikian, bahkan yang terjadi adalah sebaliknya. Dan banyak hal lainnya. Yang berakibat pada kebingungan dalam bertindak. Merasa yang dilakukan apakah sebuah kesalahan atau bukan. Karena ini adalah sebuah kebaruan.
Dalam perjalanannya, ternyata semua itu menjadi fair. Ketika Allah janjikan bahwa setiap kesulitan ada kemudahan. Juga janji Allah bahwa tidak akan membebani diluar kesanggupan hambaNya. Dan gongnya adalah, ketika Allah menjanjikan Surga.
Sehingga, tidak mustahil menjadi seorang ayah tanpa figur ayah. Karena ada Allah, dan atas pertolongan Allah.

Nanda Sari Ningrum
Co Founder at TitikTemuKita
Published on 04 Maret 2025
Belum ada komentar.